H. M Sakur, M.Si Kepala Kemenag Ponorogo

Persamaan harus dikedepankan untuk Perwujudan Kerukunan

Selepas M. S Susiawan purna tugas jabatan Kepala Kemenag dilaksanakan oleh Drs. H. M. Sakur, M. Si. Berkat tambahan tugas ini dirinya  merangkap jabatan dengan Kepala Kemenag Pacitan. Bapak asli Gupolo Babadan Ponorogo ini per tanggal 1 januari 2012 resmi menjabat di Kemenag Ponorogo.

Isu sensitif terhadap keberagamaan selalu menjadi riskan dan berbahaya. Terlebih dengan bangsa Indonesia yang mengakui multi agama. Selain juga permasalahan antar intern umat beragama sendiri yang mudah sekali tersulut oleh isu, akibat dari pemahaman keberagamaan yang berbeda

Permasalahan agama yang selama ini berkembang menjadi perhatian seriusnya dalam rangka mewujudkan keberagaan yag kondusif di seluruh kalangan masyarakat. Berikut wawancara dengan beliau tentang berbagai agenda kementrian agama dalam menciptakan harmonisasi antar umat dan intern umat beragama khususnya yang ada di Ponorogo.

Bagaimana anda menanggapi kasus yang berkemang seperti pembakaran di Madura melibatkan antar kelompok internal beragama Kelompok sunni dan syiah?
Prihatin dan berharap agar masyarakat bisa menahan diri terhadap apa yang sebenarnya tidak perlu sampai terjadi hingga sebegitu parah. Masyarakat kita itu kurang menunjukan rasa toleransi.dan sebenarnya banyak permasalahan yang sama sekali bernagkat bukan dari masalah keyakinan akhirnya ditarik kepada masalah agama agar mudah memobilisasi dan menyulut emosi masa. Isu agama ini riskan

Agama itu hak setiap orang dan sudah diatur oleh negara.  Antara satu keyakinan dengan yang lain tolong saling menghormati. Dengan pendekatan persuasif dan mengedepankan persamaan diharapkan hal ini kedepan bisa dicegah.

Apa penyebab dari perbedaan dalam pemahaman ini?

Dari kementrian agama mengawal dan menjamin umat beragama dalam nilai agama yang mereka yakini selama tidak menyimpang. Keberagaaan yang sangat heterogen. Pemahaman yang bercabang cabang menjadikan persepsi yang berbeda. Dan ini sudah di nas di al qur’an. Seperti dalil yang popular menyebutkan umat Islam akan pecah menjadi 74 golongan dan diyakini bahwa yang paling haq adalah ahlu sunnah wak jamaah.

Sebetulnya sama sama Islam ada yang keras dan yang tidak, dengan pemahaman dan penerjemahan yang ebrane kragam juga menimbulkan pola pikir dan tindakan yang berbeda. Konfliknya bukan dari ajarannya, tapi pada mereka yang memahami. Dari sumber yang sama dalam pemahamannya berbeda. Saya yakin sebenarnya mereka mempunyai sumber yang baik. Misalkan ada aliran terbaru dan mengungkapkan kekafiran dan ketidak benaran. Dan nada semacam ini yang harusnya dihindari.

Bagaimana mengurangi dan menghindari dari konflik semacam ini?

Kita harus duduk bersama, yang ditonjolkan persamaannya bukan perbedaaan. Kalau perbedaanya jangankan kelompok, tiap orang saja berbeda mengenai pola pikirnya dalam memahami. Dengan duduk bersama dalam mengurai permasalahan paling  tidka kita bisa saling kenal saling memahami dan akan timbul sikap tolerasnsi yang berakibat kepada ketenangan. Saya kira ini akan lebih bisa menyejukan suasana. Menjadikan ajaran Islam khususnya sebgai rahmatan lil ngalamin.

Bagaimana anda melihat kondisi keberagamaan di Ponorogo?

Di Ponorogo ini kesenjangan sosial itu ada tapi tidak riskan. Kalau antar agama ini Ponorogo ini aman terkendali. Di internal yang ada memaksakan kehendaknya. keberagamaan dari masing masing golongan masih dalam batas kewajaran. Tentu masih butuh persepsi bagaimana memahamkan orang yang kadang kala menjadikan kelompok lain merasa tersinggung khususnya di tempat terbuka.

Selain juga Ponorogo kental dengan keberagaan yang baik diharapkan setiap golongan dan masyarakatnya bisa hidup secara dinamis dan akrab. Sehingga pembangunan masyarakat secara utuh bisa terelalisasi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEJARAH BATORO KATONG dan PONOROGO

Ahmad Rony Yustianto, ST. Anak Ngunut yang sukses di Bisnis Property

KOLIQ AGUSDIANTO, SE PENGUSAHA ASLI PONOROGO