Mengenal Nama Lingkungan di Desa Ngunut

 

    Lingkungan Genengan/Foto:Istimewa

Letak geografis suatu desa yang rentan terpengaruh budaya individualistik ala masyarakat perkotaan seringkali berhasil menyulap warga desa menjadi asing terhadap lingkungannya. Ditambah efek negatif kemajuan teknologi yang menjadikan manusia lebih nyaman menatap layar gawai (gadget) dibanding bersosialisasi melalui tatap muka. Meski ketidaktahuan seseorang mengenai nama lingkungan sering disebut hal yang lumrah, namun cukup menjadi masalah saat mendapat pertanyaan dari orang yang ingin mengkonfirmasi sesuatu atau hendak bertanya suatu alamat.

Mungkin suatu ketika anda pernah melewati jalanan seputar Desa Ngunut, namun tidak tahu apa nama lingkungannya. Nah, ingin tahu apa saja nama lingkungan di Desa Ngunut? Simak ulasan berikut ini.

Secara peta administratif, Desa Ngunut yang berada di wilayah Kecamatan Babadan ini memang terbagi menjadi 4 dukuh (kamituwan), yakni Dukuh Ngunut 1, Dukuh Ngunut 2, Dukuh Ngunut 3, dan Dukuh Ngunut 4. Namun seperti di desa lain, beberapa daerah dalam lingkup terbatas -di masing-masing dukuh- mempunyai sebutan tersendiri. Berikut nama lingkungan di Desa Ngunut yang mungkin beberapa masih asing di telinga.

1. DUKUH NGUNUT 1 :

a. Genengan : Lingkungan ini terletak di belakang SPBU Ngunut. Disana terdapat rumah prabon Mbah Palang (sebutan pemimpin dan pelindung wilayah tahun 1800an sebelum ada sistem administrasi pemerintah desa). Hingga kini beberapa anak keturunan beliau masih  mendiami wilayah tersebut.
b. Kauman : Lingkungan ini mencakup wilayah sekitar Jalan Keramat, juga ke utara hingga sekitar Masjid Al Muttaqin. Disinyalir, istilah Kauman ini adalah sebutan untuk pemukiman kaum muslim-santri pada masa Kadipaten Polorejo masih ada. Hal ini tentunya terkait dengan tata ruang ala keraton Mataram Islam zaman dahulu (Catur Sagatra). Yakni, sebuah kompleks pemerintahan yang terdiri dari sebuah tanah lapang (alun-alun) sekaligus berfungsi sebagai pasar, sebelah barat terdapat masjid (wilayahnya di sebut Kauman), sebelah utara terdapat kediaman (ndalem) adipati, dan seterusnya.
c. Nglandeng : Lingkungan ini terletak di barat lingkungan Kauman, hanya terpisah sungai Segempol. Wilayahnya hanya sepanjang Jalan Tirtomulyo. Tepatnya, perempatan Jl. Al Hasan Ngunut 1, belok ke barat dengan jalan yang agak menurun.


    Jalan Syuhada arah balai Desa Ngunut/Foto:Istimewa

2. DUKUH NGUNUT 2 :

a. Kolodinan (Cakruk) : Lingkungan ini sebenarnya hanya sebutan untuk pertigaan masuk ke arah Jalan Syuhada. Dulu terdapat gardu jaga yang cukup ikonik, sehingga sering pula disebut sebagai Cakruk. Dinamakan kolodinan (bencana saban hari; Jawa,red) karena di wilayah ini dulunya kerap terjadi kecelakaan lalu lintas. Saat acara bersih desa yang dihelat bersamaan dengan agenda Simaan Al Qur'an Mantab Rabu Pahing di Desa Ngunut, secara resmi diubah nama menjadi pertigaan Darussalam. Lingkungan di sekitar pertigaan hingga kini disebut sebagai Lingkungan Darussalam.
b. Siraman : Tempat yang berlokasi di belakang gedung MTsN Ngunut lama ini, dulu merupakan tempat pemandian keluarga ndalem Kadipaten Polorejo. Pasca keruntuhan Kadipaten Polorejo karena imbas Perang Diponegoro, selang puluhan tahun kemudian di tempat ini masih terlihat sisa-sisa tempat pemandian. Konon, kolam pemandian tersebut dihuni oleh berbagai jenis ikan yang aneh. Ikan-ikan yang bentuknya diluar nalar bahkan cenderung tidak masuk akal, hingga kemudian suatu ketika raib dengan sendirinya. Wallohu a'lam. Wilayah di sekitar pemandian ini hingga kini disebut sebagai Lingkungan Siraman.

c. Maron : Bagi yang belum tahu, sebutan Maron pasti identik dengan Pemakaman Islam Maron. Pemakaman yang bisa diakses melalui jalan poros desa, tepatnya dari Balai Desa Ngunut masuk ke utara +- 200 meter. Namun, siapa sangka, wilayah pemukiman di belakang pemakaman ini (timur makam) sebenarnya juga dinamakan Lingkungan Maron.
d. Kidul Mbeji : Areal persawahan yang sama sekali belum terdapat pemukiman penduduk ini berada di selatan Dukuh Mbeji Polorejo. Maka dari itu oleh penduduk biasa disebut dengan Dul Mbeji/Kidul Mbeji (Selatan Mbeji, Bhs. Indonesia,red).

3. DUKUH NGUNUT 3 :

a. Patihan : Lingkungan ini dulunya merupakan Kepatihan dari Kadipaten Polorejo. Disitu pernah ada seorang patih yang entah karena sebab apa, bahkan keberadaan makamnya terus dirahasiakan hingga sekarang. Lingkungan ini mencakup wilayah sebelah barat Balai Desa Ngunut hingga sampai wilayah yang lebih familiar di sebut sebagai Lor Kali, karena persis berada di sebelah utara sungai.
b. Lor Kali : Seperti yang sudah dijelaskan diatas, lingkungan yang berada di sebelah utara sungai Kleco ini hanya terdiri dari 2 RT dan membentang dari timur ke barat di Jalan Kasan Mimbar. Meski demikian, wilayah ini cukup padat dengan pemukiman penduduk. Kasan Mimbar sendiri merupakan nama seorang kiai (pemuka agama) yang masyhur di wilayah tersebut. Untuk mengabadikan jasa beliau maka Kasan Mimbar dijadikan nama jalan.
c. Swahung : Lingkungan ini sama sekali belum terdapat pemukiman penduduk. Hanya berupa areal persawahan (mbulak'an) yang bisa diakses melalui Jalan Kasan Mimbar hingga tembus ke Jalan Sidorejo (Ratan Buntung).
d. Selorejo : Lingkungan ini merupakan wilayah pemukiman di sekitar Masjid Al Amin, hingga sedikit kearah ke timur dan juga ke utara arah Jurangkrikil. Di wilayah ini terdapat 1 sekolah tingkat dasar yang berdiri bahkan sebelum negara ini merdeka, yakni MI Ma'arif Al Islamiyah Selorejo.
e. Jurangkrikil : Lingkungan dengan lingkup yang tidak begitu luas ini, terletak di sekitar tempuran (pertemuan 2 sungai). Kemungkinan disebut sebagai Jurangkrikil karena di sebelah timur Sungai Bengawan terdapat batuan padas yang menyerupai sebuah jurang dengan ketinggian yang tidak seberapa hingga menimbulkan efek air terjun dan terdapat banyak batu kerikil. Disitu terdapat spot pancing yang menjadi salah satu spot favorit pemancing ikan liar.

4. DUKUH NGUNUT 4 :


a. Pilang : Lingkungan ini berupa areal persawahan penduduk. Letaknya, dari perempatan barat Dukuh Beji Polorejo (perbatasan Ngunut-Polorejo) masuk ke utara. Batas wilayahnya berupa sungai-sungai kecil dan berbatasan langsung dengan Desa Polorejo dan Desa Sukosari.
b. Cangkring : Lingkungan yang berbatasan langsung dengan Dukuh Beji Polorejo ini membentang ke barat hingga timur Masjid Al Mujahidin di Jalan Sidomapan. Maka tidak heran, jika areal persawahan-pemukiman di selatan wilayah ini dinamakan Kidul Cangkring (selatan Cangkring).
c. Mburen : Lingkungan ini hanya sepanjang Jalan Soponyono dan berada di utara lingkungan Cangkring. Disebut mburen (belakang) karena memang berada di belakang wilayah Cangkring (sebelah utara). Dinamakan Jalan Soponyono, mungkin karena tidak ada yang mengira bahwa di lingkungan itu terdapat banyak pemukiman penduduk.
d. Ratan buntung : Lingkungan ini hanya sepanjang jalan Sidorejo yang membentang dari barat ke timur (Masjid Al Mujahidin ke selatan, ruas jalan kearah barat dan timur). Jalan ini awalnya buntung (putus) karena tidak tembus ke wilayah swahung maupun ke arah timur, sehingga dinamakan Ratan Buntung. Konon, dulu saat isu ninja merebak di tahun 99, lingkungan ini dipenuhi oleh tanaman bambu di sekelilingnya. Yang sekaligus menjadi pagar alami yang cukup kokoh dan tidak mudah ditembus. Akses keluar masuk hanya satu atau dua,  sehingga memudahkan kontrol keamanan lingkungan.
e. Jogoragan : Lingkungan yang sering disebut sebagai nama lain dari Dukuh Ngunut 4 ini sebenarnya terbatas hanya pada wilayah 2 RT saja. Meski demikian seringkali nama Jogoragan digunakan untuk menyebut Dukuh Ngunut 4 secara keseluruhan, meski kurang tepat.
f. Kethur : (penjelasan menyusul karena kendala teknis referensi)
g. Bancik : (penjelasan menyusul karena kendala teknis referensi)
h. Mbakung : Lingkungan ini merupakan wilayah Desa Ngunut paling utara dan berbatasan langsung dengan Desa Sukosari. Kondisi jalan poros desa yang kerap rusak di wilayah ini seakan menjadi ciri khas tersendiri. Hal ini selain pengaruh drainase buruk dan lingkungan yang dominan teduh, juga karena kondisi tanah yang labil. Jika nantinya ke depan kondisi jalan disini bagus dan mulus, tidak menutup kemungkinan akan menjadi pilihan utama trayek angkodes maupun mobilisasi penduduk antar desa.

Nama-nama lingkungan diatas tidak tercantum di sistem pencatatan data alamat kependudukan. Namun meski demikian, penyebutan nama lingkungan masih terus digunakan untuk mempermudah analisa koordinat wilayah.

Nah, bagaimana? sudah lebih tahu tentang Desa Ngunut dibandingkan sebelumnya? Lantas, dimanakah anda berdomisili sekarang? Tinggalkan jawaban di kolom komentar ya?

Disclaimer : Artikel ini merupakan hasil rangkuman dari kontributor KIM Batorokatong Ponorogo. Kesalahan ketik maupun redaksi, akan diperbaiki sebagaimana mestinya. Pun, data tambahan akan dimasukkan sebagai editing susulan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEJARAH BATORO KATONG dan PONOROGO

Ahmad Rony Yustianto, ST. Anak Ngunut yang sukses di Bisnis Property

KOLIQ AGUSDIANTO, SE PENGUSAHA ASLI PONOROGO