NU Ranting Ngunut Gelar Ziarah Wali Bersama Ketua MUI Ponorogo



KIM Batorokatong, Ponorogo - Pimpinan Ranting Nahdlatul Ulama Desa Ngunut pungkas melaksanakan Ziarah Makam Wali Jawa Timur (Ahad, 29/08). Acara yang diikuti oleh sejumlah 102 warga Nahdliyin tersebut dipimpin langsung oleh Ketua MUI Kabupaten Ponorogo, KH Ansor M. Rusydi. Menjangkau 10 titik destinasi tujuan ziarah, kegiatan berlangsung cukup tertib dan lancar.


Anas Romadlon, Ketua Panitia Ziarah Wali mengungkapkan bahwa kegiatan ini sudah cukup lama diagendakan menjadi program kerja Nahdlatul Ulama Desa Ngunut. Karena terkendala pandemi Covid-19, maka agenda ini sempat tertunda. 


"Alhamdulillah, animo warga Desa Ngunut untuk mengikuti ziarah wali cukup tinggi. Namun kami membatasi jumlah peserta hanya 2 bus saja. Hal ini untuk mempermudah pengkondisian peserta. Semoga kedepan bisa menggelar acara serupa dengan peserta yang lebih banyak dan persiapan yang lebih matang lagi," ungkapnya.


Untuk diketahui, menurut beliau panitia kegiatan tidak hanya terdiri dari unsur pengurus NU saja, namun juga melibatkan badan otonom NU ranting Ngunut, yakni Muslimat NU, GP Ansor dan Fatayat NU. Makam Syaikh Maulana Ishaq Tuban menjadi destinasi pertama tujuan berziarah, berlanjut hingga ke Makam Syaikhona Kholil Bangkalan dan berakhir di kompleks Makam KH Abdurrahman Wahid Jombang.



Kepala Desa Ngunut, Siti Khotijah tampak hadir mengikuti kegiatan ziarah yang digelar tanggal 27 hingga 28 Agustus 2022 tersebut. Saking semangatnya, bahkan beliau juga melibatkan diri menjadi bagian dari kepanitiaan ziarah wali.

"Iya, baru pertama kali ini warga Desa Ngunut melaksanakan kegiatan ziarah wali yang mana peserta berasal dari 4 dukuh. Dulu kegiatan seperti ini sudah pernah digelar, namun hanya terbatas di satu dua dukuh saja. Kegiatan seperti ini sangat positif, terutama untuk menjalin kekompakan serta memupuk rasa kebersamaan dan kekeluargaan antar warga desa, " kata Ibu Kades.


 Sedari zaman baheula, Desa Ngunut memang telah terkenal dengan kultur warga yang religius. Hal ini terutama karena imbas "perseteruan" antara warga Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. Tidak hanya berbagai agenda kegiatan yang rutin, variatif dan visioner saja. Bahkan sisa-sisa persaingan sehat di koridor fastabiqul khoirot kedua ormas ini diantaranya dapat dilihat dari keberadaan lembaga pendidikan, pondok pesantren, dan lembaga kesehatan masyarakat yang masih berdiri dan beroperasi di Desa Ngunut. Ke depan, pembahasan ini akan kami terbitkan dalam liputan edisi khusus.


Video Bisa dilihat di : Short Channel Youtube Pemerintah Desa Ngunut

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEJARAH BATORO KATONG dan PONOROGO

Ahmad Rony Yustianto, ST. Anak Ngunut yang sukses di Bisnis Property

KOLIQ AGUSDIANTO, SE PENGUSAHA ASLI PONOROGO