Mencegah Anosmia Empati di Desa


KIM Batorokatong, Ponorogo-Pandemi covid-19 hingga saat ini belum juga menunjukkan kata usai. Bahkan varian baru yang lebih ganas terdeteksi sudah masuk ke Indonesia. Korban satu persatu berjatuhan, berbagai upaya untuk menekan penyebaran virus juga terus dilakukan. Beberapa pekan belakangan angka kematian akibat terjangkit virus covid-19 menunjukkan gejala fluktuatif, namun data perhari masih relatif tinggi.

Kematian akibat pandemi tidak hanya didominasi oleh wilayah perkotaan dengan mobilitas tinggi, namun juga merambah hingga ke desa-desa. Tidak terkecuali di Desa Ngunut yang mana Kecamatan Babadan sendiri beberapa waktu lalu sempat masuk ke dalam kategori zona merah. 

Sedikit berbeda dengan wilayah perkotaan, masyarakat pedesaan masih menjunjung tinggi kearifan lokal berupa sikap gotong royong dan saling peduli, tak terkecuali masyarakat Desa Ngunut. Anosmia (mati rasa) yang biasa dirasakan oleh penderita covid-19, tidak serta merta menjadikan masyarakat desa menjadi anosmia untuk peduli, bersimpati dan berempati. Bahkan saat ada warga yang menjalani isolasi mandiri, pemerintah desa dan masyarakat sekitar bahu membahu turut mensupport dengan bantuan sembako dan obat-obatan.


Besarnya empati warga desa ini sebagaimana terlihait tadi malam, dimana ada salah satu warga Desa Ngunut yang meninggal dunia dengan status positif covid-19. Pemerintah Desa yang di komando langsung oleh Ibu Kepala Desa, lantas berkoordinasi dengan satgas covid, tim kesehatan desa, dan pamong desa setempat untuk mengkondisikan segala hal yang perlu dilakukan.


Ketua RT juga diajak berkoordinasi guna menggerakkan masyarakat sekitar untuk membantu. Hal-hal mengenai persiapan pemakaman, penggalian liang lahat, hingga mensholatkan dilakukan oleh masyarakat dengan memberlakukan protokol kesehatan yang ketat. Selesai mensholati, pemakaman lantas diambil alih oleh tim dari BPBD Ponorogo. Meski demikian, pihak pemerintah desa dan masyarakat sekitar tetap menunggu hingga pemakaman usai untuk melakukan penghormatan terakhir dan mendoakan almarhum dengan dipimpin oleh modin desa.

Rasa peduli, empati dan simpati masih terasa kental terasa di kawasan pedesaan. Peran serta Pemerintah Desa dalam hal pengambilan keputusan dan kebijakan mampu mencegah friksi dan kegaduhan yang tidak perlu di dalam masyarakat. Pemakaman dengan pemberlakuan protokol kesehatan saat ini tidak lagi menjadi hal yang asing. Masyarakat desa sudah mulai bisa menyesuaikan diri terhadap situasi dan kondisi saat pandemi. Kearifan lokal diusahakan tetap terjaga meski dengan beberapa pembatasan tertentu. Di titik mana boleh untuk dilakukan, dan di titik mana tidak boleh untuk dilakukan sudah difahami masyarakat. Dengan demikian,  langkah-langkah preventif untuk mencegah anosmia empati di masyarakat bisa dimaksimalkan. Disini peran ketua RT, pemuda, warga masyarakat, satgas covid, kepala dusun, pamong desa hingga kepala desa memegang peranan penting. Semoga kearifan seperti ini tidak pernah menjadi hal yang asing, dan semoga pandemi segera berlalu.

Oleh : Tim Kim Batorokatong
Dok : Relawan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEJARAH BATORO KATONG dan PONOROGO

Ahmad Rony Yustianto, ST. Anak Ngunut yang sukses di Bisnis Property

KOLIQ AGUSDIANTO, SE PENGUSAHA ASLI PONOROGO